Apa yang orang-orang bicarakan saat memakai topeng? Identitas jelas menjadi pembatas, sehingga anonimitas menawarkan kenyamanan dalam mengungkapkan gagasan-gagasan yang tertahan. Di kancah media sosial, topeng hadir dalam bentuk akun alter, menfess (mention confess) atau surat kaleng, hingga media percakapan tanpa nama seperti Whisper dan Stranger Meet Up.
Saat perkataan tak lagi dapat dikaitkan dengan nama dan latar belakang, nyatanya banyak orang bercerita tentang kehidupan seksual. Sebagian bersifat transaksional yang melibatkan timbal jasa, namun ternyata lebih banyak yang mengharapkan gratisan. Friend with benefit atau lebih kerap disebut FWB menjadi indikator bagaimana orang-orang berekspektasi aktivitas intim tanpa khawatir membayar jasa dan juga tak perlu terikat komitmen berkepanjangan, karena aktivitas dilakukan dengan asas sama suka dan kesepakatan. Aktivitas intim yang dimaksud mulai dari chat dengan afeksi, sentuhan, pelukan, hingga aktivitas fisik lain yang lebih intens, hingga melibatkan penetrasi.
Tulisan ini sama sekali tak bermaksud mengomentari dari sudut pandang agama, jadi, risiko kesehatan adalah yang utama. Bagaimana orang-orang menyembunyikan percakapan dan hasrat seksual dalam topeng, sembari mencerca pekerja seksual profesional dan wanita berpakaian terbuka mengindikasikan bahwa paradigma moral tak benar-benar sukses menjadi panduan kehidupan seksual. Paradigma moral hanya menahan mereka agar tak melanggar pantangan dengan citra identitas personal sebagai sandera. Saat tak ada yang dijaga, mereka merasa bebas dan tak perlu waspada.
Sebaliknya, risiko kesehatan dapat menjadi faktor kunci untuk mencegah orang-orang melakukan aktivitas berisiko seperti ini. Aktivitas fisik dengan orang asing bahkan pada level yang paling minim pun tetap memiliki risiko kesehatan yang besar. Contohnya, tuberkulosis dapat menular melalui udara saat dua orang asik berpelukan, atau virus hepatitis yang menyebar melalui saliva saat berciuman, hingga transmisi HIV dan penyakit kelamin dalam hubungan seksual yang lebih dalam. RIsiko-risiko kesehatan tersebut tak mengenal batas identitas. Di lain sisi, kesadaran pada risiko kesehatan akan membuat insting bertahan hidup manusia memandang potensi penyakit sebagai ancaman.
Oleh karena itu, memberi pemahaman yang baik mengenai risiko kesehatan jauh lebih efektif untuk membendung potensi bom waktu aktivitas seksual dalam topeng, dari pada menghakimi dengan parameter moral. Metode menjelaskan risiko juga memancing manusia mengaktifkan status kognisi tinggi sehingga mereka aktif mengevaluasi situasi. Sedangkan, larangan-larangan abstrak dalam koginisi manusia hanya bekerja sebagai petunjuk-petunjuk sederhana yang rentan dengan persuasi.