Ulasan teori Model Proses Paralel yang Diperpanjang (EPPM) untuk menyoroti perilaku masyarakat Indonesia menghadapi Covid-19 dari sudut pandang psikologi komunikasi.
Extended Parallel Process Model (EPPM) adalah teori perancangan pesan dengan tujuan menyusun strategi komunikasi atau informasi yang efektif, terutama pada topik kesehatan dan topik yang berkaitan dengan risiko. Menurut EPPM, motivasi manusia untuk bertindak sebagai respon menghadapi pesan yang disisipi rasa takut semata-mata tergantung pada sejauh mana pesan tersebut meningkatkan anggapan mereka terhadap ancaman. Sedangkan jenis tindakan yang akan diambil dipengaruhi oleh keyakinan pada kemampuan untuk menghindari ancaman. Singkatnya, jika rancangan pesan mampu membuat orang-orang menyadari ancaman sekaligus membuat mereka percaya pada kemampuan diri untuk melaksanakan protokol kesehatan yang dianjurkan, maka mereka akan secara aktif mengikuti protokol kesehatan.
Dua aspek utama dalam merancang pesan dengan EPPM adalah ancaman dan efektivitas. Aspek ancaman yang dimaksud adalah adanya situasi membahayakan yang dipercaya oleh seseorang dan mendorongnya untuk beraksi. terdapat dua sub-komponen ancaman, yaitu keyakianan pada tingkat kegawatan ancaman, dan keyakinan pada kemungkinan diri sendiri terdampak ancaman tersebut. Ketika pesan mampu meyakinkan seseorang bahwa ada ancaman serius dan besar kemungkinan ia akan terdapampak, maka pesan tersebut akan berhasil mendorngnya untuk bertindak.
Aspek kunci kedua adalah efektivitas yang berkaitan dengan kelayakan dan kemudahan pelaksanaan protokol yang dianjurkan. Apek ini berperan penting menentukan seseorang akan sukses atau gagal beradaptasi dengan ancaman. Dua sub-komponen yang membentuk efektivitas adalah: pertama, anggapan pada efektivitas diri, yaitu keyakinan pada kemapuan diri sendiri untuk melaksanakan protokol kesehatan, dan kedua, kepercayaan pada keefektifan protokol yang disarankan.
Dua aspek EPPM tersebut memprediksi bagaimana manusia merespon ancaman. Pertama, bila potensi masalah yang disebutkan dalam pesan tidak tampak seperti ancaman serius, orang-orang tidak akan merasakan takut, sehingga tak termotivasi untuk mengevaluasi situasi lebih jauh. Kedua, bila seseorang meyakini adanya ancaman serius, dan ia yakin pada kemampuannya untuk mencegah ancaman, maka ia akan merespon dengan mode pengendalian bahaya, seperti melakukan adaptasi perilaku sesuai protokol kesehatan. Ketiga, bila seseorang melihat ancaman serius, namun ia tak yakin pada kemampuannya untuk mencegah ancaman, maka yang muncul hanyalah pengendalian rasa takut, seperti penolakan dan reaktansi defensif.
Tulisan ini dirangkum dan diterjemahkan dari Fear Appeals and Persuasion: A Review and Update of the Extended Parallel Process Model
Maloney, Erin & Lapinski, Maria & Witte, Kim. (2011). Fear Appeals and Persuasion: A Review and Update of the Extended Parallel Process Model. Social and Personality Psychology Compass. 5. 206 – 219. 10.1111/j.1751-9004.2011.00341.x.