Orang munafik tampak sangat menyebalkan karena ia menghujat perilaku-perilaku buruk, namun di lain sisi ia juga malakukan perilaku negatif tersebut. Namun, mengapa kombinasi dari perilaku menghujat dan melanggar sangat kita benci?
Kritikan terhadap perilaku buruk menjadi sinyal kuat bahwa si pengkritik tidak pernah dan tidak akan melakukan hal negatif yang ia kritik. Misalnya, seorang pejabat publik yang mengkritik keras perilaku korupsi pejabat lainnya sedang memberi sinyal bahwa dirinya bersih dari korupsi. Dibandingkan mengklaim diri sendiri bertindak sesuai moral, perilaku menghujat perbuatan negatif tampak lebih meyakinkan. Artinya, ketimbang mengklaim diri sebagai anti korupsi, mengkritik koruptor jauh lebih efektif membangun citra diri sebagai pejabat yang bersih. Sinyal kebaikan tersebut pula yang membuat orang munafik jauh lebih dibenci daripada orang-orang yang berperilaku negatif dan mengakuinya, serta tak sok mengkritik moral orang lain.
Sinyal perilaku baik yang muncul dari mengkritik orang lain tersebut didasari teori bahwa bahasa moral lebih meyakinkan daripada perkataan harfiah. Perilaku mengutuk perbuatan buruk orang lain seolah-olah mempromosikan bahwa si penghujat memegang nilai-nilai moral dengan kuat namun dengan cara yang tak mencolok, dibanding langsung mengklaim diri sendiri baik.
Kecaman verbal bisa menjadi hukuman berbiaya tinggi. Maksudnya, kecaman jelas merusak reputasi si pelanggar moral, dan di lain sisi juga berisiko bagi si pengecam, karena bisa jadi orang yang dikecam akan membalas dengan mengungkap motif tersembunyi si pengecam. Namun, risiko bagi si penghujat ini justru menjadi poin baginya, sehingga orang lain menjadi yakin bahwa ia akan berperilaku baik. Sebagai contoh, seorang penjabat yang mengkritik korupsi pejabat lain secara tidak langsung menantang untuk dilakukan audit pada dirinya sendiri, dan jelas hal tersebut berisiko. Namun, keberanian mengambil risiko tersebut, justru seolah-olah menyiratkan bahwa ia tak pernah korupsi. Mengkritik korupsi juga menunjukan bahwa ia yakin korupsi adalah tindakan yang keliru.
Sinyal perilaku positif dari perilaku mengutuk perbuatan buruk tersebut lah yang membuat orang munafik menjadi kelompok paling dibenci dalam masyarakat. Pengecaman terhadap perilaku negatif memberi sinyal yang menyesatkan, atau dengan kata lain kritikan tersebut membuat orang munafik PHP (pemberi harapan palsu). Kritiknya terhadap perilaku tak bermoral telah menyiratkan ia adalah orang baik, sayangnya ia mengecewakan ekspektasi yang diberikan oleh orang lain. Orang munafik juga lebih dibenci ketimbang kriminal yang mengakui kesalahannya, karena mereka merusak citra orang lain sembari mengambil keuntungan dari hal tersebut.
Tulisan ini dirangkum, diterjemahkan, dan diadaptasi dari jurnal penelitian Why Do We Hate Hypocrites? Evidence for a Theory of False Signaling
Jordan, J. J., Sommers, R., Bloom, P., & Rand, D. G. (2017). Why Do We Hate Hypocrites? Evidence for a Theory of False Signaling. Psychological Science, 28(3), 356–368. https://doi.org/10.1177/0956797616685771