Tulisan ini adalah uraian dari data kicauan di Twitter yang dikumpulkan oleh Drone Emprit Academy, portal data analisis media sosial nonprofit besutan Universitas Islam Indonesia.

Minggu ketiga bulan ini media sosial dan berbagai kanal berita sedang riuh dengan istilah new normal. New normal adalah wacana kebijakan relaksasi pembatasan pergerakan masyarakat untuk memungkinkan beberapa kegiatan, seperti kegiatan belajar mengajar di kelas dan ibadah jamaah di rumah ibadah. Selain itu, ada pula yang menganggap new normal sebagai penengah mahzab kesehatan vs ekonomi, walaupun entah maksudnya apa. Hehehe~ Untuk menerapkan new normal, beberapa indikator harus terpenuhi terlebih dahulu: Pertama, tidak menambah penularan atau maksimalnya mengurangi penularan (R0 [R nought] < 1). Kedua, tingkat adaptasi dan kapasitas sistem kesehatan (idealnya okupansi Covid-19 ≤ 60% dari kapasitas RS). Ketiga, surveillance dengan tes masif.

Sejak kemunculan pertamanya pada akhir bulan Mei ini, kicauan yang menyebut new normal telah mencapai 60,838, dimana sebaran sentimen positif dan negatifnya hampir seimbang. Sedangkan analisis bot menunjukan skor 1,71 untuk total post by bot, artinya, sebagian besar kicauan diunggah oleh akun non-bot, lebih tepatnya 67% kicauan dibuat oleh pengguna aktif.

Kemudian, dari segi sebaran berdasar geografi, kicauan paling banyak datang dari DKI Jakarta, kemudian diikuti Jawa Barat dan di posisi ketiga adalah DI Yogyakarta. Banyaknya kicauan dari DIY dilatari oleh beredarnya kabar bohong bahwa DIY akan menjadi provinsi percontohan penerapan new normal. Hoaks tersebut dirancang dalam bentuk pesan bersentimen positif yang disirkulasikan melalui grup Whatsapp. Meski demikian, tidak sedikit yang menanggapinya dengan sentiment negatif, misalnya merasa menjadi kelinci percobaan new normal.

Lima influencer di Twitter dengan engagement kicauan new normal tertinggi adalah: Pertama, @anandabadudu yang tak setuju dengan penerapan new normal di masa sekarang. Kedua, @adrianoqalbi, komedian yang membuat guyonan dengan menyebut new normal. Ketiga, @WidasSatyo, akun dengan 28,4 ribu pengikut ini tak setuju dengan penerapan new normal di masa sekarang, sebab (salah satu alasan) indikator kapasitas RS tampak tak terpenuhi. Keempat, @detikcom portal berita online. Kelima, @haris_azhar yang juga mengkritisi wacana new normal.

Dikumpulkan secara terpisah, data kicauan bertagar #NewNormalPulihkanEkonomi telah mencapai 3.212 dengan persentase sentimen positif sedikit lebih besar dibanding sentimen negatif, 53% : 36%. Penggunaan tagar ini memiliki skor total post by bot sedikit lebih tinggi daripada kicauan yang menyebut new normal saja, yakni 1,87. Kemudian, lima influencer (akun dengan ribuan hingga puluhan ribu pengikut) yang paling berpengaruh dalam penyebaran kicauan #NewNormalPulihkanEkonomi adalah @__RismaWidiono_, @dwiyanaDKM, @jr_kw19, @AriestaRiico, dan @Zul__88 yang mana semuanya setuju dengan penerapan new normal dan senada dengan tagarnya, mereka menggunakan alibi ekonomi sebagai dasar.

Sedangkan dari segi asosiasi kata, data kicaun new normal, kata “berbahaya” menjadi salah satu kata yang kerap disandingkan dengan istilah new normal dalam suatu kicauan. Di lain sisi, word-cloud kicauan #NewNormalPulihkanEkonomi banyak menunjukan kata benda, khususnya figur politik, seperti presiden, Jokowi, @ganjarpranowo, bahkan PKI.

Saat ini pemerintah masih melakukan kajian lebih jauh dan menyusun protokol new normal di berbagai bidang. Namun, tampaknya diskusi dan pembangunan opini telah dimulai di media sosial.