Dalam hidup, kita mengalami banyak akhir, ada yang dipaksakan ada yang memang tak terhindarkan. Agar tak ada penyesalan, segala hal harus benar-benar terselesaikan. Penyelesaian tak diukur dengan tingkat capaian, melainkan melakukan semua upaya yang sepatutnya dicoba dan mengambil semua kesempatan yang ada.

Titik akhir yang dapat diprediksi ibarat pecut dalam pacuan, mempercepat gerak kita dalam mengejar target-target yang telah ditentukan. Misalnya, di usia 29 marathon trip, berusaha memenuhi cita-cita keliling dunia sebelum usia berubah jadi kepala tiga. The power of kepepet ternyata memang nyata, baik dalam tugas kuliah, pekerjaan, target-target ringan, sampai persoalan kehidupan. Selain itu, akhir yang semakin dekat juga mempengaruhi cara kita memilih target mana yang akan dikejar. Saat waktu dianggap tak terbatas, kita cenderung mengejar hal-hal yang berorientasi masa depan dan target yang berkaitan dengan pengetahuan. Sedangkan saat waktu dianggap terbatas, kita cenderung berlari ke arah target masa kini dan bermakna secara emosi.

Pemilihan target tersebut dilandasi oleh kebutuhan mengakhiri fase kehidupan dengan rasa tuntas. Pada dasarnya, manusia memiliki keinginan untuk memperoleh jawaban yang tegas dan enggan pada perkara yang tak jelas. Kita juga mengejar rasa tuntas di setiap penyelesaian agar mudah berlanjut ke tahap berikutnya. Apabila masih ada yang tersisa, manusia cenderung kesulitan melangkah ke tahap berikutnya atau melaksanakan peran dan tugas baru. Ia masih berkutat dengan hal-hal lama, berusaha melanjutkan atau melakukan hal-hal lain sebagai kompensasi.

Menuntaskan dapat diartikan mengupayakan semua kesempatan. Selama perjalanan hidup, manusia cenderung menyesali hal-hal yang terlewatkan daripada kegagalan. Ditambah lagi, penyeselan sebab melewatkan kesempatan lebih sering direnungkan ketimbangan penyesalan pada kegagalan. Hal tersebut menandakan bahwa otak kita mengingat lebih kuat persoalan yang tak selesai daripada yang telah tuntas.

jadi, mumpung 2020 masih separuh, bagaimana kalau kita mulai resolusi-resolusi? Tentu dengan adaptasi karena pandemi. Untuk yang ingin berpisah, bagaimana kalau terlebih dulu ajak bicara? Untuk yang ingin menyerah, ingat lagi, apa semua cara sudah dicoba? Usahanya yakin maksimal?


Tulisan ini dirangkum, diterjemahkan, dan diadaptasi dari jurnal penelitian Saying Goodbye and Saying It Well: Consequences of a (Not)
Well-Rounded Ending
.

Schwörer, B., Krott, N.R., & Oettingen, G. (2020). Saying goodbye and saying it well: Consequences of a (not) well-rounded ending. DOI:10.1037/mot0000126